barita

Elisabetha Damanik August 20 at 7:17pm
pada tanggal 18 Agustus 2009 telah dilaksanakan pelantikan pengurus Partuha Maujana Simalungun (PMS) periode 2009-2014 bertempat di Hotel Danau Toba International Jl. Imam Bonjol Medan oleh Presiden DPP PMS Dr Darwan Maja Purba, dihadiri oleh Gubernur Sumut H. Syamsul Arifin, dalam acara tersebut dihadiri oleh beberapa tokoh simalungun seperti Bapak Djariaman Damanik SH, Bapak Kimmer Damanik serta Bapak Alam Damanik serta masyarakat simalungun se kota Medan berkisar 400 orang, Bupati Simalungun Drs H.T. Zulkarnain Damanik MM selaku pemangku adat PMS bersama pengurus PMS Kota P. Siantar turut hadir.
acara tersebut dimeriahkan oleh artis ibukota Ance Sinaga yang melantunkan suara emasnya dalam lagu-lagu pop simalungun.

6 Responses to “barita”

  1. antoni girsang Says:

    Kenapa Berita yang hadir dan dilantik saja beritanya dan siapa pengurusnya yang dilantik tidak ada dan ini PMS untuk kota Medan atau Sumatera Utara.Diatetupa.
    Ini masukan kepada PMS supaya benar2 dari sekarang tunjukan perbuatannya supaya masyarakat simalungun ta, apa itu PMS jangan hanya namanya saja tapi tidak ada geregetnya.Diatetupa

  2. Elintono Damanik Says:

    Jangan Katakan anda Orang Simalungun Berasal dari Tanah Toba..!!
    Sejarah mengatakan Kerajaan Nagur lahir pada tahun 350 Sesudah Masehi (SM), Keturnan kerajaan Nagur yaitu Raja Sangnawaluh (Raja Siantar), Raja tanah Jawa ( Sinaga), Raja Dolik Silau ( Purba Tambak), Raja Panei ( Purba Dasuha), Raja Raya ( Saragih Gringging), Raja Purba (Purba Pak-Pak), pnl..

    Sementara kalau kita kaji Suku Marga Batak Toba pada masa sekarang ini hanya sampai 19-20 Keturunan, dalam satu keturunan kita buat 30 Tahun, maka 600 Tahun, Sementara Simalungun sudah ada sejak Tahun 350.

    Oleh karena itu setelah anda mengetahui, jangan anda katakan anda berasal dari Batak Toba, Justru Orang Batak Toba yang datang ke tanah Simalungun karena kita mengetahiu pada Zaman dahulu tanah Simalungun Sangat Subur, baik itu dari segi pertanian, Perkebunan.

    Pada masa penjajahan Kolonial Belanda, Orang dari Pulau Jawa Banyak Pindah ke tanah simalungun untuk menjadi buruh Perkebunan, makanya sampai saat ini banyak suku Jawa menjadi Pekerja perkebunan, dan suku Batak Toba di pekerjakan untuk Persawahan, makanya semua persawahan di simalungun banyak dikuasai oleh suku batak toba

    Kenapa demikian…karena pada zaman dahulunya orang simalungun pada masa itu sudah mempunyai ladang masing-masing, jadi untuk jadi buruh dari kolonial Belanda tidak sempat.

    Kenapa Orang Simalungun tidak ada Berpengaruh/ menjadi nomor satu di suatu instansi Pemerintah maupun swasta…???
    ” Itu karena Keturunan orang2 pintar( Keturunan Raja, Partuanon ) pada jaman dahulunya, pada masa penjajahan kolonial Belanda sudah di bumihanguskan alias dibunuh, tahu siapa pembunuhnay?…” Oang kita sendiri Pribumi mau di peralat oleh Kolonial belanda…”

  3. simalungun Says:

    Terimakasih untuk pencerahannya. Minta tolong kepada Bapak, kalau ada informasi/literatur yang mendukung informasi yang Bapak berikan di atas, mohon untuk memberitahukannya, karena saya sangat membutuhkan fakta-fakta dalam bentuk buku, dsb., untuk skripsi saya di jurusan sosiologi.

    Terimakasih banyak untuk bantuannya.

  4. Anonymous Says:

    Ini legenda alias dongeng pasti tidak ada bukti2 sejarahnya.

  5. Sibotoh Surat Says:

    H. Maratua Siregar guru sejarah di Vervolg School di zaman Belanda di Pamatang Siantar bahwa ada satu kerajaan di pedalaman Sumatera Timur di tepi sungai Bah Bolon lebih kurang 3 kilometer dari kota Pardagangan sekaran, dahulu kala dikenal dengan nama Pulau Pandan dan sekarang dikenal orang tempatnya itu Kramat Suci atau Kubah Pardangangan.

    EJARAH KERAJAAN NAGUR PULAU PANDAN

    DI SUMATERA TIMUR

    Semenjak berdirinya Kerajaan Nagur di Sumatera Timur akhir abad ke-5 Masehi oleh orang Nagur dahulu itu diciptakanlah tata cara kebudayaan sebagai contoh memuja Yang Maha Tinggi atau penguasa alam semesta dengan sebutan Naibata (dari Devata/Sansekerta) sehingga tercipta Dolog Sinumbah yang artinya mereka memuja atau menghormati Naibata di atas bukit yang tinggi atau “dolog”.

    Di kemudian hari oleh generasi penerus Nagur dalam upacara menghormati Naibata di suatu tempat yang agak tinggi tempatnya disebut “manumbah”. Kerajaan Nagur berkembang terus karena hasil perdagangangya dengan kerajaan luar terutama ke negeri Cina yaitu hasil yang sangat melimpah dari Kerajaan Nagur seperti karet balata (rambung merah), damar, rotan dan lain-lain. Kegunaan karet balata pada waktu itu untuk membuat dompol dalam industri perkapalan Cina yang ratusan ribu banyaknya; ingat Cina sudah berpenduduk 4,000,000 jiwa pada abad ke-5 Masehi.

    Menurut pustaha Simalungun yang diriwayatkan ornag-orangtua bahwa Kerajaan Nagur Pulau Pandan ini sangat kaya dan makmur; sehingga kabar kerajaan ini tersebar ke seluruh Asia Timur, sampai juga kepada Kerajaan Cholamandala (Coromandel) di India Selatan dan Rajendra Chola raja dari India Selatan yang mengerahkan armada perangnya menyerang dan menjarah Kerajaan Nagur itu pada tahun 1025 Masehi. Rajendra Chola juga menyerang Kerajaan Sriwijaya di Palembang pada tahun yang sama.

    Dalam serangan India ini, Kerajaan Nagur Pulau Pandan hancur lebur dan semua penduduknya emngungsi menyelamatkan dirinya keluar dari Pamatang Nagur. Masing-masing rombongan di bawah pimpinan ketiga putra raja Nagur masing-masing bernama :

    MARAH SILAU
    SORU TILU
    TIMO RAYA
    Sejak penghancuran dan penjarahan oleh orang India ke Nagur, sebelum ditinggalkan orang India itu, Pamatang Nagur dibakar habis sehingga rata dengan tanah dan di kemudian hari tidak ditempati manusia lagi dan tinggallah legenda-legenda bagi manusia penerus Nagur (Simalungun) di kemudian hari dan bekas ibukota Nagur itulah menjadi Keramat Suci atau Kubah Pardagangan sekarang.

    Putra Nagur Pulau Pandan yang pertama bernama MARAH SILAU mengundurkan diri ke arah selatan Pulau Pandan arah ke Tapanuli Selatan menunggu keadaan aman dengan rencana mendirikan Kerajaan Nagur kembali, tetapi tidak berhasil karena keadaan di Selat Malaka berubah, di mana rebutan kekuasaan di selat itu antara kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya; Kerajaan Samudera Pasai dan bajak laut yang merajalela di selat tersebut sehingga tidak memungkinkan beroperasinya pelabuhan perdagangan atau di zaman kuno disebut SANG PANG TO.

    Selama 300 tahun Nagur Pulau Pandan setelah dihancurkan orang India, terciptalah apa yang disebut Hikayat Parpandanan Na Bolag atau pustaka Simalungun kuno yang menceritakan bahwa di bekas sisa-sisa Kerajaan Nagur Pulau Pandan dari keturunan Marah Silau menjabat sebagai raja Parpandanan Na Bolag mempunyai seorang putera yang bernama Tuan Sormaliat dan Tuan Sormaliat mempunyai seorang putera yang bernama Si Anas Bondailing yang lahir di Tapanuli Selatan (Mandailing=Mandalay) dan Si Anas Bondailing mempunyai seorang putera bernama Si Pakpak Mularaja yang sesudah dewasa kembali ke Nagur Pulau Pandan.

    Kamus bahasa Simalungun “ipakpakhon” artinya diletakkan dasar pembentukan kerajaan dari Nagur Pulau Pandan dahulu kala itu dari keturunan Marah Silau Damanik menjadi 3 (tiga) kerajaan di sekitar alur sungai Bah Bolon. Ingat, Bah Bolon berasal dari pegunungan sekitar Dolog Simarjarunjung dan Sijambak Bahir (Indonesia “menjangkau langit”) atau dari kampung Gorbus Kecamatan Pamatang Sidamanik sekarang.

    Dari keturunan Si Pakpak Mularaja Damanik inilah kelak muncul 3 (tiga) keturunannya yaitu :

    Raja Manik Hasian (1360 Masehi).
    Raja Jumorlang (1400 Masehi).
    Raja Siantar (1445 Masehi).
    Ketiga kerajaan sama-sama bermarga Damanik :

    Kerajaan Manik Hasian dahulu kala itu berpusat di hulu Sungai Bah Bolon + 40 kilometer dari Pamatang Siantar berdiri tahun 1360 Masehi.
    Kerajaan Jumorlang pertama-tama didirikan di Nagahuta tetapi kemudian ibukota kerajaan dipindahkan ke kaki Gunung Sijambak Bahir berdekatan dengan ibukota kerajaan abangnya Raja Manik Hasian letaknya di tepi Sungai Bah Hilang yaitu cabang sungai Bah Bolon tahun 1400 Masehi.
    Kerajaan Siantar berdiri tahun 1445 di Pulou Holang di Pamatang Siantar sekarang, yaitu di kampung Pamatang sekarang ini; dalam sejarah disebut Pulou Holang karena terletak di delta Sungai Bah Bolon. Nama Siantan berubah menjadi Siantar sesudah pendiri Kerajaan Siantar Oppung Partiga-tiga Sihapunjung dilantik menjadi raja Siantan di atas “palattar” dan sejak itu Siantan menjadi Siantar sampai sekarang.
    Ketiga kerajaan tersebut di atas dengan berpuluh-puluh partuanonnya kelak di kemudian hari memakai marga Damanik Bariba (menurut sebutan orang Samosir “na i bariba i = di seberang itu”) sampai sekarang.

    dst…dst selengkapnya Baca : Sejarah Kerajaan Nagur di Simalungunonline.com

  6. Trikora Says:

    Mari dukung, untuk Simalungun lebih baik…
    http://www.bonapetruspurba.wordpress.com

Leave a comment